Rabu, 28 Februari 2018

Historial Place Gowa Sulawesi Selatan

seperti judulnya yang berbahasa agak kebaratbaratan historial place atau bahasa indonya tempat bersejarah :))
tempat bersejarah kali ini yang sempat kami datangi berada di wilayah makassar dan gowa
dan inilah tempat tempat tersebut 
tempat bersejarah pertama yang kami datangi adalah mesjid tua katangka dan makam keturunan raja gowa





Masjid Al-Hilal atau lebih dikenal dengan nama Masjid Katangka adalah salah satu masjid tertua di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Dinamakan Masjid Katangka karena berlokasi di kelurahan Katangka, kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Selain itu, masjid ini disebut Katangka, karena bahan baku dasar dari masjid tersebut diyakini diambil dari pohon Katangka.







Setelah dari mesjid tua.rombongan kami melanjutkan perjalan ke makam si ayam jantan dari timur atau lebih di kenal dengan sultan hasanuddin..rombongan kami kali ini agak kecewa maklum makam sultan hasanuddin lagi tertutup jadi kami hanya sempat mengabadikan gambar dari depan pintu masuk

















Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe sebagai nama pemberian dari Qadi Islam Kesultanan Gowa yakni Syeikh Sayyid Jalaludin bin Muhammad Bafaqih Al-Aidid, seorang mursyid tarekat Baharunnur Baalwy Sulawesi Selatan sekaligus guru tarekat dari Syeikh Yusuf dan Sultan Hasanuddin. Setelah menaiki Tahta sebagai Sultan, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Kabupaten Gowa. == Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.


setelah dari makam sultan hasanuddin kami melanjutkan perjalanan ke makam Arung palakka...tapi sama dengan kejadian di makam sultan hasanuddin makam arung palakka juga terkunci jadi hanya sempat mengambil foto dari depan makam
lokasi makam arung palakka berada tidak jauh dari makam sultan hasanuddin...arung palakka mempunyai  gelar La Tan-ri Tatta To' Urong To-ri Sompi Patta Malampei Gammana Daeng Serang To' Appatunru Paduka Sri Sultan Sa'ad ud-din, mengacu pada ejaan huruf lontara. Adapun pelafalan yang tepat adalah La Tenritatta To Unru To-ri SompaE Petta MalampeE Gemme'na Daeng Serang To' Appatunru Paduka Sultan Sa'adduddin


 Arung Palakka (lahir di Lamatta, Mario-ri Wawo, Soppeng, 15 September 1634 – meninggal di Bontoala, 6 April 1696 pada umur 61 tahun adalah Sultan Bone yang menjabat pada tahun 1672-1696. Saat masih berkedudukan sebagai pangeran, ia memimpin kerajaannya meraih kemerdekaan dari Kesultanan Gowa pada tahun 1666. Ia bekerja sama dengan Belanda saat merebut Makassar. Palakka pula yang menjadikan suku Bugis sebagai kekuatan maritim besar yang bekerja sama dengan Belanda dan mendominasi kawasan tersebut selama hampir seabad lamanya




setelah dari makam Arungpalakka kami melanjutkan perjalanan ke Ballalompoa yang berada di daerah kabupaten Gowa...dan syukurnya pada saat berada di balla lompoa kami mendapatkan momentnya berharga  "Accera kalompoang"






Accera kalompoang adalah proses pencucian benda benda pusaka milik kerajaan gowa yang di lakukan setiap 10 dzulhijjah yang di percaya telah di lakukan sejak raja gowa yang ke-14 yakni I mangngarangi daeng manrabia yang bergelar sulyan alaudin lebih dari 500 tahun yang lalu



 

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar